Kamis, 30 Januari 2014

Abon Ikan Buatan Istri Nelayan

Abon Ikan "Fatimah Azzahra" mungkin masih jarang terdengar di Jakarta. Namun, di kota Makassar, ini adalah salah satu produk olahan makanan khas lokal yang bisa direkomendasikan sebagai oleh-oleh dari Makassar.

Harganya terjangkau. Satu kilogramnya dijual Rp 1OO.OOO. Ada pula yang sudah dikemas dalam toples dengan harga Rp 15.000 dan Rp 30.000. Abon Ikan Fatimah Azzahra termasuk yang laris terjual saat pemilik usaha Ini. Nuraeni (42). menjadi salah satu peserta dari 50 wirausaha yang terpilih untuk mengikuti Community Entrepreneurs (CE) Wave II Exhlbitlon, di Pusat Perfilman Usmar Ismail (PPHU1). Kuningan, beberapa waktu lalu.

BBlsnls abon Ikan dari Makassar Ini terbilang sukses. Dalam empat tahun dibangun, bisnis rumahan ini pasar sudah luas hingga ke seluruh kecamatan di Makassar, bahkan hingga ke kota Palu, dan menyebrang ke Pulau Jawa dan Jakarta. Nuraeni memulai bisnis abon ikan ini pada awal tahun 2007. Pertama membangun bisnisnya, Nuraeni menggandeng para kaum perempuan, yakni istri-istri nelayan. Mereka adalah para Ibu dari kumpulan Majelis Taklim. Awalnya, kami yang bekerja hanya 15 orang," kata Nuraeni. Modal awal bisnis abon ikan ini sekitar Rp 1 Jutaan, dan ditanggung renteng dengan 15 orang tersebut

Produksi awalnya hanya 35 kg per minggu. Kini, dalam seminggu, usaha ini sudah mampu memproduksi hingga 200 kg abon ikan kemasan, yang satu kilogramnya dijual dengan harga dasar Rp 100.000. Jadi, bisa dihitung, berapa omzet yang dicapai dalam per bulan, bah-kan per minggunya.

"Abon ikan adalah bisnis lahir dari aset dan kemampuan yang kami miliki sebagai penangkap Ikan," kata Nuraeni. Nuraeni memilih usaha abon ikan setelah melihat hasil tangkapan terbesar para nelayan adalah ikan tuna. Kelebihan Ikan tuna memiliki banyak daging, tapi tulangnya sedikit.

"Ikan tuna lebih mudah Jika diolah menjadi abon. Dagingnya bagus menyerupai daging sapi. AlhamduWlah, banyak diminati. kata Nuraeni.

Pelatihan membuat abon

Nuraeni dan kawan-kawan belajar membuat abon dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan di Kota Makassar. "Kami diundang untuk Ikut pelatihan cara mengolah ikan menjadiabon. Sebulan sekali, dinas menggelar pelatihan bina usaha ke para nelayan. Saya langsung berminat, karena Ingin membuka usaha Ini," kata Nuraeni. Setelah usaha Nuraeni berjalan, dinas perikanan setempat memberi bantuan berupa alat penyaringan minyak abon dan Iresher.

Untuk pengerjaan pembuatan abon butuh waktu tiga hari, Nuraeni dibantu oleh 10 orang pekerja yang khusus bertugas mencabut tulang Ikan, dan 10 orang lagi yang mengerjakan pembuatan abon dan mengemasnya. Untuk memasarkannya ke berbagai wilayah. Nuraeni dibantu

200 .in karyawan dari berbagai wilayah.

DI samping Jual abon Ikan tuna. Nuraeni sempat memproduksi abon ikan lele, abon Ikan gabus, dan abon ikan tongkol. Tapi, Nuraeni kesulitan karena semua ikan alr tawar. Menurutnya, Itu membutuhkan waktu dan biaya tambahan untuk mendapatkan bahan bakunya, mengingat Nuraeni tinggal di daerah pesisir.

"Harga Jualnya Jadi mahal. Harga Ikan gabus tidak terjangkau, satu kilogramnya bisa Rp 300.000. Tapi, abon Ikan gabus temyata tidak pernah tidak ada peminat, meskipun pemesannya hanya orang-orang tertentu. Katanya ikan gabus bagus buat orang-orang yang sedang sakit, atau habis operasi. Ikan Itu bagus untuk pemulihan kesehatan." kata Nuraeni.

Selain abon. Eni Juga memproduksi bandeng cabut tulang, yang dijual dalam keadaan mentah, tapi dikemas dalam plastik dan siap dipasarkan. "Untuk ikan bandeng cabut tulang, per-mlnggu kita bisa produksi 400 ekor, dan satu ekomya dijual Rp 15.000," ujarnya.

Nuraeni biasa menjual di pameran industri, pasar, dan rumah makan. Setiap minggu ada katering yang pesan. Ikan Ini sudah punya banyak langganan. Tetapi, bandeng cabut tulang ini tidak bisa dijual ke tempat yang terlalu Jauh. Karena dagingnya enggak tahan lama. Hanya 5-6 Jam." kata Nuraeni.

Takut pelanggan tambah

Nuraeni menyambut baik Jika ada pelanggan baru yang tertarik membeli abon Ikannya. Tapi. Nuraeni bingung Jika orang di luar daerahnya menanyakan email atau nomor teleponnya. Dia kuatir Jika pesanan semakin banyak. Sedangkan kemampuan produksi udik ada.

Nuraeni mengaku kalau kemampuan produksinya terhambat karena tidak didukung alat yang memadai. Sementara tenaga manusia terbatas.

Menurut Nuraeni, semua proses pengerjaan menggunakan tenaga manusia. "Kami butuh mixer besar. Itu belum punya. Harganya Rp 20 Jutaan dan hanya dijual di Pulau Jawa. Jika pakai alat Itu. Insya Allah, kami bisa lebih tingkatkan produksi." ujarnya. (yu)

0 komentar:

Posting Komentar